Profil Desa Rajawetan
Ketahui informasi secara rinci Desa Rajawetan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Rajawetan di Kecamatan Tonjong, Brebes, dikenal sebagai sentra durian unggulan dengan potensi agrowisata Kebun Antap Sari. Didukung tradisi budaya Ruwat Bumi yang unik dan semangat gotong royong warga, desa ini terus berkembang sebagai wilayah agrari
-
Sentra Durian dan Agrowisata
Rajawetan merupakan penghasil utama durian berkualitas di Brebes, dengan Kebun Durian Antap Sari sebagai ikon agrowisata yang menarik pengunjung dari berbagai daerah
-
Tradisi Budaya yang Kuat
Desa ini melestarikan tradisi Ruwat Bumi (Sedekah Bumi) secara turun-temurun, sebuah ritual budaya unik yang memperkuat ikatan sosial dan menjadi identitas komunal
-
Semangat Gotong Royong Komunitas
Masyarakat Rajawetan menunjukkan tingkat swadaya yang tinggi, terbukti dari inisiatif kerja bakti untuk membangun fasilitas umum yang menunjang aktivitas pertanian dan kebersihan lingkungan

Terletak di perbukitan selatan Kabupaten Brebes, Desa Rajawetan, yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Tonjong, menampilkan profil sebagai wilayah agraris yang dinamis. Desa ini tidak hanya mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang utama perekonomian, tetapi juga menyimpan kekayaan budaya dan potensi agrowisata yang khas. Dengan komoditas durian sebagai primadona dan tradisi lokal yang terus hidup, Rajawetan menjelma menjadi salah satu desa dengan prospek pengembangan yang menjanjikan di Jawa Tengah.
Desa Rajawetan secara strategis berada di jalur yang menghubungkan wilayah pantura dengan bagian selatan Jawa Tengah. Aksesibilitas ini membuka peluang bagi desa untuk memasarkan produk unggulannya, terutama hasil pertanian, ke pasar yang lebih luas. Didukung oleh semangat kebersamaan warganya yang tinggi, desa di bawah kepemimpinan Kepala Desa Suparjo ini secara aktif terus berupaya mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki, mulai dari kesuburan tanah hingga kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Geografi dan Demografi Wilayah
Desa Rajawetan merupakan salah satu dari 14 desa yang berada di wilayah Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, wilayahnya berada di area perbukitan yang menjadikan lanskapnya didominasi oleh lahan perkebunan dan pertanian dengan kontur tanah yang bervariasi. Letaknya yang berada di bagian selatan Brebes membuat desa ini memiliki hawa yang relatif sejuk, cocok untuk pengembangan komoditas hortikultura tertentu.
Kecamatan Tonjong sendiri berbatasan langsung dengan Kecamatan Margasari di sebelah utara, Kecamatan Sirampog dan Kecamatan Bumijawa (Kabupaten Tegal) di sebelah timur, serta Kecamatan Bumiayu di sebelah selatan. Posisi ini menempatkan Desa Rajawetan di lingkungan yang subur dan agraris. Berdasarkan data Sensus Penduduk yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, jumlah penduduk Desa Rajawetan tercatat sebanyak 4.008 jiwa. Angka ini menunjukkan kepadatan populasi yang tersebar di wilayah pedesaan yang sebagian besar lahannya dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.
Meskipun data luas wilayah desa secara spesifik masih dalam proses pemutakhiran digital, sebuah catatan dari BPS dalam publikasi "Statistik Daerah Kecamatan Tonjong 2016" menunjukkan sebuah fakta menarik terkait penggunaan lahan. Disebutkan bahwa Desa Rajawetan memiliki luas tanah bengkok (tanah kas desa yang dikelola oleh aparat desa) terbesar di Kecamatan Tonjong, yakni mencapai 52 Hektare. Data ini mengindikasikan bahwa aset desa memiliki peran signifikan dalam struktur pemerintahan dan perekonomian lokal. Sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan, penggarap, maupun buruh tani, yang menjadikan lahan sebagai aset vital bagi kesejahteraan masyarakat.
Potensi Ekonomi Berbasis Agrikultur dan Agrowisata Durian
Perekonomian Desa Rajawetan berdenyut seirama dengan aktivitas pertaniannya. Tanah yang subur menjadi modal utama bagi masyarakat untuk membudidayakan berbagai jenis tanaman pangan dan perkebunan. Namun satu komoditas yang berhasil mengangkat nama Rajawetan ke panggung yang lebih luas ialah buah durian. Desa ini telah lama dikenal sebagai salah satu sentra penghasil durian dengan kualitas unggul di Kabupaten Brebes.
Puncak dari potensi ini terwujud dalam keberadaan Kebun Durian Antap Sari, sebuah kawasan agrowisata seluas kurang lebih enam hektare. Kebun yang dirintis sejak tahun 1999 ini telah bertransformasi dari lahan semak belukar menjadi destinasi wajib bagi para pencinta durian. Di sini, pengunjung tidak hanya dapat membeli buah, tetapi juga merasakan sensasi memetik dan menikmati durian langsung dari pohonnya. Berbagai varietas durian, mulai dari durian lokal, montong, cane, hingga sitokong, dibudidayakan di kebun ini, menawarkan pilihan rasa yang beragam. Keberadaan Kebun Durian Antap Sari menjadi motor penggerak ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja dan memicu pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitarnya, seperti penjualan durian olahan dalam bentuk durian kupas beku (durpas).
Selain durian, warga desa juga menanam padi dan tanaman palawija lainnya sebagai sumber ketahanan pangan dan pendapatan. Sektor peternakan, meskipun dalam skala rumah tangga, turut berkontribusi pada ekonomi warga dengan pemeliharaan kambing, domba, dan unggas. Menyadari potensi besar ini, pemerintah desa bersama lembaga terkait di tingkat kecamatan terus mendorong penguatan kelembagaan ekonomi lokal. Salah satunya melalui wacana pembentukan Forum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) se-Kecamatan Tonjong yang bertujuan untuk mengkonsolidasikan potensi setiap desa, termasuk rencana strategis pembangunan rest area di jalur Tegal-Purwokerto yang akan menjadi etalase bagi produk-produk unggulan dari desa-desa di sekitarnya, termasuk durian Rajawetan.
Kekuatan Budaya dan Kearifan Lokal
Di tengah arus modernisasi, masyarakat Desa Rajawetan tetap teguh memegang tradisi dan kearifan lokal sebagai fondasi kehidupan sosialnya. Salah satu tradisi yang paling menonjol dan menjadi ikon budaya desa ini adalah Ruwat Bumi atau yang juga dikenal sebagai Sedekah Bumi. Ritual ini diselenggarakan secara rutin setiap tahun pada tanggal 10 bulan Suro dalam penanggalan Jawa.
Ruwat Bumi bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah ungkapan rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan hasil bumi, keselamatan, dan kesejahteraan yang telah diberikan kepada seluruh warga desa. Rangkaian acara ini sarat dengan makna filosofis. Dimulai dengan doa bersama yang dipanjatkan untuk memohon berkah dan perlindungan, acara dilanjutkan dengan penampilan Kesenian Ronggeng, sebuah tarian tradisional yang memiliki nilai historis di wilayah tersebut. Puncak dari tradisi ini ialah prosesi Ngider Desa, di mana seluruh lapisan masyarakat berjalan kaki bersama-sama mengelilingi batas-batas desa sejauh puluhan kilometer. Selama prosesi ini, doa dan harapan terus dilantunkan, menciptakan suasana sakral dan komunal yang kuat. Tradisi ini menjadi perekat sosial yang efektif, mempertemukan seluruh warga tanpa memandang status sosial dan memperkuat rasa memiliki terhadap tanah kelahiran mereka.
Komitmen untuk melestarikan Ruwat Bumi menunjukkan kesadaran masyarakat Rajawetan akan pentingnya identitas budaya. Seperti yang pernah diungkapkan oleh tokoh masyarakat setempat, tradisi ini dijaga agar tetap hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari karakter desa. Harapannya, acara ini tidak hanya membawa kemakmuran secara spiritual, tetapi juga dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata budaya yang unik, memberikan nilai tambah bagi desa di luar sektor pertanian.
Infrastruktur, Pemerintahan, dan Semangat Swadaya Masyarakat
Pemerintahan Desa Rajawetan di bawah kepemimpinan Kepala Desa Suparjo menunjukkan responsivitas terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini tercermin dari berbagai program yang dijalankan, mulai dari penyaluran bantuan pemerintah seperti Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) hingga upaya memastikan ketersediaan fasilitas dasar. Dalam menghadapi tantangan musim kemarau yang sering kali berdampak pada produktivitas pertanian, keberadaan dua unit Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) di desa menjadi solusi vital untuk pemenuhan kebutuhan air bersih warga.
Di sektor pendidikan, Desa Rajawetan telah memiliki fasilitas yang memadai untuk jenjang pendidikan dasar. Terdapat dua sekolah dasar negeri, yaitu SD Negeri Rajawetan 01 yang telah terakreditasi A dan SD Negeri Rajawetan 02. Selain itu, untuk pendidikan anak usia dini, tersedia beberapa lembaga Kelompok Bermain (KB) seperti KB CERIA dan KB AL MUTA AALY. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan ini memastikan akses pendidikan dasar yang mudah dijangkau oleh anak-anak di desa. Untuk layanan kesehatan, masyarakat memanfaatkan jaringan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang tersebar di tingkat dusun dan RW, yang didukung oleh Puskesmas Kecamatan Tonjong sebagai pusat layanan kesehatan utama.
Satu hal yang patut dicatat dari Desa Rajawetan ialah tingginya semangat gotong royong dan swadaya murni dari warganya. Pada Maret 2023, sejumlah berita lokal menyorot aksi kolektif warga dan petani yang bahu-membahu membangun jalan setapak untuk mempermudah akses menuju lahan pertanian milik Perhutani. Tidak berhenti di situ, mereka juga secara swadaya membangun fasilitas pencucian untuk "grandong" (kendaraan modifikasi pengangkut hasil pertanian). Inisiatif ini muncul dari kepedulian bersama untuk menjaga kebersihan jalan umum dari lumpur yang terbawa roda kendaraan, yang sebelumnya sering membuat jalan menjadi licin dan membahayakan pengguna jalan lain.
"Kami sampaikan aspirasi kepada warga dan petani yang masih guyub dan kompak dalam melaksanakan kerja bakti ini secara swadaya murni tanpa menunggu bantuan dari Pemerintah," ujar Kepala Desa Suparjo dalam sebuah kesempatan. Pernyataan ini menggarisbawahi karakter masyarakat Rajawetan yang proaktif dan mandiri dalam mengatasi permasalahan komunal, sebuah modal sosial yang tak ternilai harganya bagi kemajuan desa.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Sebagai desa agraris, tantangan utama yang dihadapi Rajawetan berkaitan erat dengan sektor pertanian. Perubahan iklim yang menyebabkan musim kemarau panjang menjadi ancaman bagi produktivitas lahan. Selain itu, regenerasi petani menjadi isu penting lainnya untuk memastikan keberlanjutan sektor ini di masa depan. Dalam hal pemasaran, meskipun durian Rajawetan sudah dikenal, perlu ada strategi yang lebih terstruktur untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan nilai tambah produk melalui hilirisasi.
Namun, di balik tantangan tersebut, Desa Rajawetan menyimpan prospek yang cerah. Potensi agrowisata durian yang berpusat di Kebun Antap Sari merupakan aset yang dapat terus dikembangkan. Dengan pengelolaan yang lebih profesional dan promosi yang gencar, Rajawetan dapat diposisikan sebagai destinasi agrowisata utama di Brebes selatan. Penguatan BUMDes menjadi kunci untuk mengelola potensi ini secara lebih terorganisir, mulai dari manajemen agrowisata hingga pengembangan produk olahan durian dan komoditas lainnya.
Dipadukan dengan kekayaan tradisi Ruwat Bumi yang otentik dan semangat gotong royong warganya yang luar biasa, Desa Rajawetan memiliki fondasi yang kokoh untuk melangkah maju. Kolaborasi antara pemerintah desa, masyarakat, dan pihak eksternal akan menjadi penentu dalam mengubah potensi menjadi kesejahteraan yang nyata dan berkelanjutan bagi seluruh warga Desa Rajawetan.